Foto : Istimewa |
Senjata pendidikan bukanlah senjata yang menghancurkan, tetapi senjata yang membangun. Ia tidak merusak, melainkan menyembuhkan, ia tidak menebar ketakutan, melainkan menumbuhkan harapan. Dalam setiap lembar buku yang dibuka, dalam setiap pelajaran yang diajarkan, ada janji tentang masa depan yang lebih baik. Masa depan yang dibentuk oleh pikiran yang tercerahkan dan tindakan yang bijak.
Dalam seremoni yang berlangsung di Istana Negara, Presiden Prabowo Subianto memecah Kemendikbud-Ristek menjadi tiga kementerian di pemerintahannya dalam kabinet Merah Putih. Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed menjabat Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Lalu Dr. Fadli Zon MSc menjadi Menteri Kebudayaan.
Kita harus mengakui, Indonesia masih mencari pondasi yang tepat untuk pendidikannya. Buktinya, kurikulum pendidikan kita selalu berubah dan terus menuai pro dan kontra. Dunia pendidikan, seperti tak henti-henti dirundung duka dan prahara. Bahkan, setumpuk persoalan pelik pendidikan di negeri ini seperti benang kusut yang sulit diurai. Pendidikan merupakan fondasi utama bagi kemajuan suatu bangsa. Di Indonesia, pendidikan memiliki peran strategis dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul, kreatif, dan mampu bersaing di tingkat global. Dalam konteks ini, Menteri Pendidikan memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa sistem pendidikan kita mampu merespon tantangan zaman, mulai dari perkembangan teknologi, tantangan ekonomi global, hingga masalah kesenjangan sosial.
Berikut beberapa harapan yang bisa menjadi titik fokus bagi Menteri Pendidikan dalam mewujudkan pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Meningkatkan Kualitas Pendidikan dan Mengatasi Disparitas Pendidikan
Salah satu yang menjadi harapan utama adalah adanya pemerataan pendidikan di seluruh wilayah indonesia termasuk daerah tertinggal, terluar dan terpencil. Sehingga tidak terjadi lagi kesenjangan pendidikan antara di pedesaan dan perkotaan. Penunjangan kualitas guru, infrastruktur sekolah hingga akses teknologi pendidikan di daerah terpencil yang masih sangat terbatas. Menteri terkait diharapkan mampu menjadi angin segar bagi pendidikan dengan menciptakan kebijakan yang tidak hanya bersifat kuratif tetapi juga preventif dalam menanggulangi ketimpangan sosial.
Meningkatkan Kualitas Guru sebagai Ujung Tombak Pendidikan
Lebih dari sekadar alat untuk mencapai kesuksesan duniawi, pendidikan sejatinya adalah proses pembentukan karakter. Ia mengasah budi pekerti, menumbuhkan rasa empati, dan mengajarkan kebijaksanaan hidup. Olehnya itu guru adalah pondasi utama dalam proses peningkatan pendidikan. Meskipun teknologi telah berkembang pesat, namun peran dari guru tak tergantikan dalam proses membentuk karakter, rasa ingin tahu dan membimbing siswa untuk meraih potensinya. Menteri yang telah dilantik diharapkan mampu melihat kondisi tersebut sebagai perhatian serius dalam mengatasi kesenjangan yang terjadi. Pendidikan yang baik bukan sekedar materi yang diajarkan melainkan tentang bagaimana peran guru menjadi telah bagi peserta didik yang dapat digugu dan ditiru. Oleh karena itu, kesejahteraan guru yang juga harus menjadi prioritas sehingga mereka dapat mengajar dengan merdeka tanpa harus terbebani masalah ekonomi.
Kurikulum yang Adaptif dan Relevan dengan Perkembangan Zaman
Dalam laju zaman yang serba bisa, pendidikan harus mampu menghasilkan generasi yang kreatif, inovatif dan siap menghadapi tantangan global. Kurikulum hari ini masih banyak menuai pro-kontra dari berbagai kalangan, menteri yang baru tentunya harus berbenah dan melakukan perbaikan kurikulum sehingga lebih adaptif terhadap perkembangan dunia global hari ini. Kurikulum tidak mesti mengajarkan pengetahuan akademis, tetapi juga keterampilan hidup, kemampuan kritis, kolaborasi dan pengembangan karakter sebagai penunjang industri masa yang akan datang.
Memanfaatkan Teknologi untuk Pembelajaran yang Lebih Inklusif
Pendidikan digital dapat menjadi jembatan untuk mengatasi kesenjangan akses, terutama di daerah yang sulit dijangkau secara fisik. Namun hal tersebut membutuhkan kebijakan yang strategis yang dapat menunjang kondisi tersebut. Teknologi harus digunakan sebagai alat untuk memperluas akses dan meningkatkan kualitas pendidikan sehingga tidak menjadi sumber ketimpangan baru.
Membangun Kerjasama dengan Semua Pemangku Kepentingan
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Menteri terkait diharapkan mampu membagun sinergi yang baik dengan berbagai pihak termasuk pemerintah daerah, organisasi masyarakat, sektor swasta, dan lembaga pendidikan lainnya. Kolaborasi ini sangat penting dalam menciptakan sistem pendidikan yang berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Organisasi mahasiswa seperti HMI, serta lembaga-lembaga non pemerintah harus dilibatkan dalam dialog untuk merumuskan kebijakan pendidikan yang inklusif. Keterlibatan berbagai pihak akan memastikan kebijakan yang diambil dapat mencerminkan kebutuhan nyata dilapangan dan fokus pada solusi jangka panjang.
Menteri yang baru dilantik tentunya membawa beban harapan besar dari rakyat indonesia. Tugas ini bukanlah hal yang muda, tetapi dengan visi yang jelas, kepemimpinan yang tegas serta kolaborasi yang baik, segala tantangan dan persoalan bisa diurai. Harapan besar dari kami adalah terciptanya sistem pendidikan yang inklusif, berkualitas, adaptif terhadap perkembangan zaman dan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia karena ia memiliki kekuatan yang transformatif. Ia tidak hanya mengubah pikiran, tetapi juga mengubah jiwa, tidak hanya mengubah individu, tetapi juga mengubah masyarakat.
Seperti sebuah lilin yang menyala, pendidikan tidak hanya menerangi dirinya sendiri, tetapi juga memberi cahaya bagi sekelilingnya. Dan dalam cahaya itulah, dunia yang lebih baik mulai terlihat, dunia yang tidak lagi dikuasai oleh ketidakadilan, tetapi dibimbing oleh keadilan, dunia yang tidak lagi dipenuhi dengan ketakutan, tetapi diwarnai oleh harapan. Dengan pendidikan kita mengasah pikiran serta membentuk manusia yang berani memimpikan dunia yang berbeda, dunia bukan lagi tentang kemiskinan yang dianggap sebagai takdir, ketidaksetaraan bukan lagi hal yang normatif dan kebebasan bukan lagi sekedar ilusi belaka.
Penulis : Muhardi (Direktur Eksekutif Badan Koordinasi Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam)
0 Komentar